Pages

Sunday 5 February 2012

"Surat Untuk Calon Suamiku"

Assalamualikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Kehadapan calon suamiku...

Apa khabarnya imanmu ari ini? Sudahkah harimu ini diawali dengan rasa syukur kerana dapat menatap kembali fananya hidup ini? Sudahkah air wudhuk menyegarkan kembali ingatanmu atas amanah yang ketika ini sedang engkau genggam?

Wahai calon suamiku...

Tahukah engkau betapa Allah sangat mencintaiku dengan dasyatnya? Di sini aku dilatih untuk menjadi dewasa, agar aku lebih bijak menyingkapi sebuah kehidupan dan sedia mendampingimu kelak. Meskipun kadang-kala keluh dan putus asa menghampiriku, namun kini kurasakan diri ini lebih baik.

Kadang-kala aku bertanya-tanya, mengapa Allah selalu mengujiku tepat dihatiku. Bahagian terlemah diriku, namun aku tahu jawapannya. Allah tahu dimana tempat yang paling tepat agar aku sentiasa kembali mengingati-Nya, kembali mencintai-Nya. Ujian demi ujian insyaAllah membuat aku menjadi kuat, sehingga ketika kelak kita bertemu, engkau berbangga memiliki aku di hatimu, menemani harimu.

Calon suamiku...

Entah di mana dirimu sekarang. Tetapi aku yakin Allah pon mencintaimu sebagaimana Dia mencintaiku. Aku yakin Dia kini sedang melatihmu menjadi mujahid yang hebat, hingga aku bangga memilikimu kelak. Apa yang ku harapkan daripadamu adalah kesolehan. Semoga sama halnya dengan dirimu. Kerana apabila kecantikan yang engkau harapkan daripadaku, hanya kesia-siaan yang engkau dapatkan.

Aku masih hauskan ilmu. Namun berbekalkan ilmu yang ada ketika ini, aku berharap dapat menjadi isteri yang mendapat keredhaan Allah dan dirimu, suamiku.

Wahai calon suamiku...

Ketika aku masih dibawah jagaan ayah dan bondaku, tidak lain doaku agar menjadi anak yang solehah, agar kelak dapat menjadi tabungan keduanya di akhirat. Namun nanti, setelah menjadi isterimu, aku berharap menjadi pendamping yang solehah agar kelak di syurga hanya aku yang menjadi bidadarimu, mendampingi dirimu yang soleh.

Aku ini seorang pencemburu. Tetapi kalau Allah dan Rasulullah s.a.w lebih engkau cintai daripadaku, aku rela. Aku harap begitu juga dirimu.

Pernah suatu ketika aku membaca sebuah kisah; 'Aku minta pada Allah setangkai bunga segar, Dia memberiku kaktus berduri. Aku minta kepada Allah haiwan kecil dan cantik, Dia memberiku ulat bulu. Aku sempat merasa kecewa. Betapa tidak adilnya dunia ini. Namun kemudian kaktus itu berbunga indah. Dan ulat pula berubah menjadi kupu-kupu yang sangat cantik. Itulah Allah, Dia tidak memberi apa yang kita inginkan, tetapi Dia memberi apa yang kita perlukan.' Aku yakin engkaulah yang aku perlukan, meski bukan seperti yang aku harapkan.

Calon suamiku yang dirahmati Allah...

Apabila hanya sebuah gubuk menjadi perahu pernikahan kita, tdak akan aku namakan ia dengan gubuk derita. Kerana itulah markas dakwah kita, dan akan menjadi indah ketika kita hiasi dengan cinta dan kasih sayang.

Ketika kelak lahir generasi penerus dakwah Islam daripada pernikahan kita, bantu aku mendidiknya dengan harta yang halal, dengan ilmu yang bermanfaat, terutama dengan menanamkan pada diri mereka ketaatan kepada Allah. Bunga akan indah pada waktunya. Ia akan mekar menghiasi taman. Maka kini sedang kupersiapkan diri ini sebaik-baiknya, bersedia menyambut kehadiranmu dalam kehidupanku.

Kini aku sedang belajar menjadi yang terbaik. Meski bukan umat yang terbaik, tetapi setidaknya menjadi yang terbaik disisimu kelak.

Calon suamiku...

Inilah sekilas harapan yang aku ukirkan dalan rangkaian kata. Seperti kata orang, tidak semua yang dirasakan dapat diungkapkan dengan kata-kata. Itulah yang kuhadapi kini. Kelak bila kita bersama, di situlah engkau akan memahami diriku, sama halnya dengan diriku yang akan belajar memahamimu.

Hidup ini indah bila engkau selalu hadir di sisiku setiap waktu, hingga aku hembuskan nafas yang terakhir.

Wassalam...

No comments:

Post a Comment